Soal Rencana 11 Pemain Asing di Liga 1, Ini Reaksi Persija Jakarta

Jakarta, Indonesiaangkaraja Rencana ambisius PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) untuk memperbolehkan hingga 11 pemain asing bermain di Liga 1 musim depan menuai berbagai reaksi dari klub-klub peserta. Salah satu tanggapan paling mencolok datang dari klub ibu kota, Persija Jakarta, yang menilai bahwa kebijakan tersebut bisa menjadi pedang bermata dua bagi sepak bola Indonesia.

Dalam konferensi pers di Jakarta, manajemen Macan Kemayoran menyampaikan reaksi kritis namun terbuka terhadap usulan tersebut, sembari menegaskan pentingnya menjaga keseimbangan antara kualitas kompetisi dan pengembangan pemain lokal.


Kebijakan Baru yang Menuai Kontroversi

Rencana memperluas kuota pemain asing dari sebelumnya 5+1 (lima pemain asing bebas dan satu dari Asia) menjadi maksimal 11 pemain asing dalam satu pertandingan tentu mengejutkan banyak pihak. Tujuan utama dari kebijakan ini, menurut PSSI, adalah untuk meningkatkan kualitas Liga 1 agar semakin kompetitif dan mampu bersaing dengan liga-liga top Asia seperti J-League (Jepang) dan K-League (Korea Selatan).

Namun, kritik pun bermunculan, terutama dari kalangan pengamat dan klub yang fokus pada pengembangan pemain muda. Banyak yang khawatir kebijakan ini justru akan “membunuh” regenerasi pemain lokal dan mempersempit ruang bermain bagi talenta nasional.

baca juga: ngeri-tembok-jebol-di-kalibata-dan-banjir-yang-menghantui-warga-ibukota


Reaksi Persija: Fokus Tetap pada Pembinaan Pemain Lokal

Manajemen Persija Jakarta melalui Direktur Utama Juniarto menanggapi kebijakan ini dengan hati-hati. Dalam pernyataannya, ia menyebut bahwa klub tidak sepenuhnya menolak kehadiran pemain asing, tetapi tetap menekankan pentingnya pembinaan pemain lokal sebagai prioritas.

“Kami menghormati setiap kebijakan yang ditetapkan oleh operator liga, tapi kami juga harus memastikan bahwa identitas dan misi Persija untuk mengembangkan talenta muda Indonesia tidak tergeser,” ujar Juniarto.

Persija dikenal sebagai salah satu klub yang konsisten memberi kesempatan kepada pemain muda, baik dari akademi internal maupun hasil seleksi nasional. Nama-nama seperti Resa Aditya, Frengky Missa, hingga Raka Cahyana adalah bukti nyata dari komitmen tersebut.


Kekhawatiran Terhadap Identitas Liga

Persija menilai bahwa membanjirnya pemain asing di setiap tim berisiko mengubah wajah Liga 1 menjadi liga transnasional yang kehilangan identitas lokalnya. Jika seluruh starting XI diisi oleh pemain luar negeri, maka kiprah pemain-pemain muda Indonesia akan semakin sulit bersinar dan berkembang.

“Jangan sampai kita menciptakan liga yang bagus secara teknis, tapi kehilangan makna dalam konteks pembinaan nasional. Apa gunanya liga yang megah kalau Timnas justru kehilangan suplai pemain berkualitas?” tambah Juniarto.


Keseimbangan Kompetitif dan Kebutuhan Komersial

Namun, di sisi lain, Persija juga menyadari bahwa sepak bola modern tak lepas dari aspek komersialisasi dan daya saing internasional. Kualitas pertandingan yang lebih tinggi tentu akan menarik lebih banyak sponsor, hak siar, dan peningkatan nilai liga secara keseluruhan.

Dalam hal ini, manajemen Persija menekankan pentingnya adanya pembatasan strategis, seperti membolehkan 11 pemain asing di dalam skuad, tetapi membatasi jumlah pemain asing yang boleh bermain secara bersamaan di lapangan – misalnya 5 atau 6.

“Kami mendukung kemajuan Liga 1, tapi kami ingin kemajuan itu inklusif – mengangkat semua elemen sepak bola, bukan hanya klub elite atau pemain impor,” ujar Juniarto.


Respons Pelatih dan Pemain

Pelatih kepala Persija, Thomas Doll, juga menyampaikan pendapatnya soal wacana ini. Pelatih asal Jerman tersebut tak memungkiri bahwa kualitas pemain asing bisa mengangkat standar permainan, tapi ia juga menyuarakan pentingnya integrasi yang sehat dengan pemain lokal.

“Sepak bola bukan hanya tentang beli pemain bagus dari luar. Ini soal membangun tim, membangun semangat lokal, dan menciptakan koneksi dengan suporter,” kata Thomas Doll.

Beberapa pemain lokal Persija, seperti Riko Simanjuntak dan Witan Sulaeman, juga dikabarkan khawatir bahwa menit bermain mereka bisa terganggu apabila klub harus bersaing langsung dengan pemain asing di setiap posisi.


Penutup: Menunggu Keputusan Final PSSI

Sampai saat ini, PSSI belum mengumumkan keputusan final soal regulasi kuota pemain asing musim depan. Namun, diskusi yang melibatkan klub-klub Liga 1 termasuk Persija Jakarta akan menjadi bagian penting dalam pengambilan keputusan.

Sebagai salah satu klub dengan basis suporter terbesar di Indonesia, suara Persija tentu memiliki bobot tersendiri dalam pembentukan wajah masa depan Liga 1. Mampukah liga berjalan lebih kompetitif tanpa mengorbankan pembinaan jangka panjang pemain nasional? Jawabannya akan sangat menentukan arah sepak bola Indonesia di masa depan.

sumber artikel: www.timeuptodate.com